Sunday, May 13, 2007

Sahabat Hati (bagian 2)

sudah satu minggu sejak aku berpisah dengan Kris di Ambarawa. tak ada kabar appun dan itu membuatku gelisah. berkali kali aku mengurungkan niatku untuk menghubunginya, bagaimanapun dia akan menghubungiku saat dia siap. tapi......................... bukankah anak itu tak pernah tahu kapan dia benar benar siap untuk sesuatu? huh!!!! perasaan ini benar benar menyebalkan dan ............... menyiksa?? entahlah.................

sudah satu minggusejak aku melepas Vi pulang dari Ambarawa, dan sudah tiga hari aku pulang dari jogja. sisa tiga hari dari liburanku yang ternyata membuat otakku atau mungkin juga tidak berlibur sama sekali. dan seperti dua hari sebelumnya, aku kembali tenggelam diantara barang barang di dalam kamar 3 x 4 ini dengan sebatang AMlid di antara telunjuk dan jari tengah kananku. tikus komputerku masih saja bergerak tak tentu karena dan work sheet di layar kompieku masih saja kosong.
"Brengsek!!!!" umpatku dalam hati pada otakku yang ngambek bekerja justru saat aku ingin bekerja. si tikus kompie di genggamanku masih saja berputar putar tak tentu letila akhirnya berhenti start icon. aku menyerah. sambil menghela nafas ku klik juga icon itu dan menengok recent documentku. kubuka satu persatu hingga akhirnya aku menemukan satu satunya foto di situ. fotoku dan Vi beberapa minggu lalu. aku menekuri foto itu seiring dengan masuknya nama gadis itu di benakku.
Vi.......... apa dia masih akan membiarkan aku kembali setelah membuatnya menangis? setelah aku nyaris menganggapnya tidak ada? masihkah aku layak berhadapan dengannya dan menempati ruang persahabatan itu? aku ragu. tapi................... Shit!!!!!! aku butuh Vi sekarang. dan ibu jariku sudah menekan no Hp Vi dengan otomatis.
"Hallo?" sapa Vi di ujung sana wajar kalau nada tanya itu terdengar karena aku memang menggunakan private number. sejenak aku terdiam. suara yang aku rindukan itu terdengar. suara yang selalu saja bisa membuatku menyakin apapun yang aku lakukan dan selalu mendukungku, kecuali bila itu berurusan dengan Bintang tentunya.
"Vi, ini aku" jawabku akhirnya. aku tak mendengar apa apa. yang ada hanya nafas Vi yang tertahan. "Vi????"
"Iya, aku disini." jawab Vi akhirnya "kamu baik baik saja?" tanya Vi setelah lumayan lama terdiam lagi.
"Gak juga," jawabku tanpa basa basi sedikitpun karena memang gak butuh, "Bintang itu tetap saj tidak tergapai Vi, aku..............." kalimatku menggantung dalam diam lagi.
"kamu mau ke sini atau aku yang ke Solo?" tanya Vi saat aku terdiam.
"Terserah kamu." jawabku
"Ok, besok aku ke sana, jemput aku di terminal!" jawab Vi dengan ketegasan yang tidak biasa ku dengar tapi tidak membuatku heran. gadis ini selalu tahu ap yang aku butuhkan dan entah bagaimana aku tidak pernah bisa menyembunyikan apapun darinya.

sudah hampir tengah malam ketika ring tone Evanesence memnuhi kamar tidurku. aku mengerutkan kening saat melihat tulisan Privat Number yang muncul di LCDku. manusia mana sih yang iseng malam2 begini? runtukku dalam hati meski aku jawab juga telphone itu.
"Hallo?" sapaku seperti biasa. aneh, tak ada suara, sampai akhirnya aku mendengar suara Kris di seberang sana. lelaki ini............. entah bagaimana aku selalu tau ada yang tidak beres denganya hanya dengan mendengar suaranya. mungkin kerena kami sudah terlalu saling mengenal. dan perasaan itu benar saat dia menyebut nama Bintang yang membuatku memutuskan untuk ke Solo esok harinya. Thanks God, besok adalah day offku.

1 comment:

teresa said...

hm..interesting....based on true story, jeng??