Tuesday, June 17, 2008

Breaking The Chain (2)

dan begitu juga saat dia berkenalan dengan Darma, seorang pemuda dengan wajah tampan yang telihat lembut. begitu lembutnya sampai aku dan Alex merasa mereka berdua cukup serasi untuk jalan bersama. sampai suatu hari aku melihat memar di lengan kiri Sasa saat berenang bersama.
"lenganmu kenapa, Sa?" tanyaku waktu itu. sejenak kulihat kekagetan di wajah gadis itu. lengan yang putih membuat memar itu terlihat sangat jelas.
"ehm, gpp kok, Na. cm kebentur tangga aja." jawab Sasa di tengah kegugupannya. entah kenapa aku menduga kalau ada kebohongan di dalam getar suara Sasa. tapi entah kenapa juga saat itu aku tak punya keberanian untuk memberitahu Alex tentang hal itu.
sejak saat itu, semakin sering aku melihat baik luka ataupun memar di tubuh Sasa. dan gadis itu selalu menyembunyikanya dengan berbagai macam alasan tentang luka2 itu. sampai suatu hari Alex menyadari ada bekas tamparan di pipi adiknya dan sudut bibir yang meninggalkan jejak darah kering. dan pertengkaran hebatpun terjadi. Alex yang sudah terpancing emosinya segera membuat Darma babak belur dengan sukses, sementara dua hari setelahnya Sasa meninggalkan rumah tanpa kabar. sampai hari ini.

"Lex...." panggilku setelah lama terdiam di ruang tunggu menunggui dua orang yang sama2 terbaring lemah.
"hmmm..." jawabnya
"sebenarnya ada apa sih dengan Sasa? maksudku, aku tahu ini kondisi yang buruk untuk Sasa, dan thanx God she is still alive. tapi pasti ada yg lebih dr itu hingga membuat mama menjadi begitu shock." Alex terdiam mendengar pertanyaanku.
"Sasa kehilangan bayinya sebelum kebakaran itu terjadi." jawab Alex lemah, "dan keguguran itu membuat kandunganya harus diangkat." aku terdiam. terhenyak mendengar kenyataan yang jauh di luar dugaanku. Sasa tidak hanya teraniaya. sebagai perempuan, dia hancur total. tiba2 sepasang air mata mengalir begitu saja di sudut mataku. air mata yang berisi segala rasa yang campur aduk setelah mendengar jawaban kekasihku. Lelaki di sampingku itu benar, Darma harus membayar semuanya.

Friday, June 13, 2008

Breaking The Chain

siang di kota semarang masih saja sepanas biasanya ketika bulan Juni memulai harinya. aku sendiri masih berada di luar sebuah ruang ICU salah satu rumah sakit terbaik dan terbesar di kota ini. di sampingku seorang pria sedikit diatas usiaku masih saja mendekap seorang pepermpuan setengah baya yang terus saja terisak.
"pokoknya mama gak terima Lex, dia harus di hukum seberat beratnya! mama ga terima Sasa jadi begini." kata perempuan itu di tengah isaknya yang tak juga mereda sementara lelaki yang kukenal bernama Alexander itu hanya membelai pelan rambut perempuan dalam dekapannya.
sejenak aku menatap keduanya sebelum mataku bertemu dengan mata hitam lelaki itu. aku tahu, ditengah tubuh tegap yang kini mencoba tegar memeluk sang mama tercinta, lelaki itu menyimpan kepedihan yang sama sekaligus kemarahan yang aku tahu juga cukup mengerikan untuk mengirim seseorang ke kamar jenazah rumah sakit ini.
"siang tante, Lex, maaf baru bisa ke sini." sapaku pelan takut mengganggu pasangan ibu dan anak itu.
"Na..." hanya itu yang terucap dr bibir perempuan yang kukenal dengan nama tante Mia itu sebelum akhirnya perempuan itu pingsan di pelukan Alex.

"ini sudah ketiga kalinya mama pingsan sejak tadi pagi, Na. belau benar2 shock." kata Alex pelan di sebuah ruang perawatan tempat mamanya di rawat.
"bagaimana dengan Sasa, Lex?" tanyaku
"dy masih belum sadar sejak di bawa kemari. setengah dari tubuhnya menderita luka bakar serius." jawab lelaki itu dengan kepala menunduk dan tangan terkepal kuat. " bisa kamu bayangkan Na? Sasa dulu begitu cantik, tapi sekarang dia...." kalimat itu menggantung seiring tatapan matanya yang seolah menghujam ke mataku. tapi bola mata itu basah. basah oleh air mata kepedihan dan kemarahan yang amat sangat. akhirnya kupeluk juga lelaki yang sudah dua tahun menjadi lelaki yang paling dekat denganku setelah almarhum papa.
dan tangis itupun pecah di bahuku. tangis yang tak pernah sekalipun kulihat selama hampir tiga tahun perkenalan kami. "aku akan membuat perhitungan sama dy, Na! dy harus merasakan apa yang dirasakan Sasa!" bisiknya di tengah isakan tertahan itu.


aku mengenal Sasa dan keluarganya sekitar 3 tahun saat aku di semester akhir kuliah S1ku. dari Sasa juga aku mengenal Alex, kakak kandung semata wayangnya. Sasa juga yang dengan sekuat tenaga menjodohkan aku dengan Alex. aku mengenal mereka berdua sebagai pribadi yang kuat. Sasa memang sedikit manja pada Alex. wajar bagiku karena mereka hanya dua bersaudara. Sasa juga termasuk gadis yang cantik, dengan wajah tirus, bermata bulat hitam yang kontras dengan wajahnya yang putih. secara personal, Sasa juga gadis yang ceria, pandai bergaul, dan bukan tipe gadis yang pilih2. kekurangan calon adik iparku hanya satu, saat sedang jatuh cinta, dia menjadi benar2 bodoh.
(to be continue.....)