Wednesday, March 12, 2008

Sendiri Bersama-Mu

senja sudah berganti malam saat aku masih saja tinggal di dalam pelukan lelaki itu di sebuah cottage di kota besar ini. udara malam yg makin dingin membuatnya mempererat pelukannya.
"I miss you, babe." bisiknya di telingaku. kalimat itu memaksaku tersenyum. jujur kerinduan itu ada pula untuknya, tapi sepertinya itu tak cukup membuatku melakukan apa yang diinginkannya bahkan setelah tiga tahun dia meminta hal yang sama.

tiga tahun yang lalu. waktu yang tidak singkat untukku, dan mungkin juga untuknya. tiga tahun yang kami lewati diantara jejak perjalanan masing masing. aku dengan mimpiku, cita2ku, dan jalan hidup yang kupilih sendiri. sementara dia, sejujurnya aku tak tahu. aku bahkan tak tahu apa yang membuatnya kemabali. kembali ke kotaku, kembali menghubungiku, kembali pada meeting place kami, dan mencoba untuk kembali pada hidupku.

"Masih ingat aku babe?" begitu pertanyaan yang seminggu lalu terbaca di lcd nokiaku.
"iya, masih" jawaban smsku
"kupikir kamu sudah lupa. apa kabar?" tanyanya ketika akhirnya di merelakan pulsanya menelphoneku
"sebenarnya iya, tp ternyata aku masih simpan nomor kamu nih, lupa mau hapus. kabar baik. kamu sendiri?"
"aku baik, aku lagi di kota kamu nih."
"oh ya? dalam rangka apa?"
"ada kerjaan."
"oh." dan kami terdiam lagi (bodo amat, pulsa dia ini)
"aku kangen, babe." katanya lagi setelah lumayan lama pulsanya terbuang percuma
"oh ya?"
"iya" dan degup itu berkembang lagi. degub yang sudah mati tiga tahun lalu itu menerobos lagi tanpa permisi.
"so?" tanyaku mencoba membuat suaraku sedingin mungkin.
"kok kamu dingin banget gt sih?" tuntutnya. akh ternyata latihan teaterku berguna juga.
"akh biasa aja" jawabku sebiasa mungkin sambil mengontrol detak yg makin kurang ajar di dadaku
"ketemuan yuk babe" katanya manja. kemanjaan yang membuatku makin kangen padanya.
"aku lagi sibuk, ada banyak file yang kejar dead time."
"gak harus sekarang kok, week end ini aja."
"tapi............................"
"sudah lah babe, kamu gak mulai kerja week end kan sekarang?" aku diam saja, "I miss you, and I want to see you!" tegasnya. ketegasan yang menuntut dan selfish bagiku dan itu dia banget.
"aku gak tahu, kita lihat saja nanti." jawabku.
"pokoknya aku book meeting place kita, sabtu aku jemput jam tujuh, di rumah kamu." aku menghela nafas. dia tak juga berubah.
dan KLIK pembicaraan itu ditutup dengan seenaknya. tanpa pamitan seperti yang biasa dilakukannya dulu. datang tanpa undangan dan pergi tanpa pesan.

setelah pembicaraan gak lucu itu aku membuat diriku tak bisa tidur. lelaki itu ternyata masih begitu punya tempat di ruangan yang sudah ku bereskan, kututup, dan kukunci rapat rapat. sayangnya aku lupa mengganti kunci ruangan itu karena aku juga lupa dia masih menyimpan kuncinya. atau mungkin karena aku berpikir dia sudah membuang kunci itu di tengah perjalanannya yang entah kemana saja. dan minggu berlalu begitu saja sampai telphone berikutnya.

"i'm in front of your little palace." katanya di panggilan yang akhirnya kuangkat setelah tiga kali kuacuhkan.
"ok, I'll open the gate." jawabku.
"gak usah, aku dah buka sendiri. buka pintunya aja."
"ok." dan aku segera beranjak dr dudukku ke pintu yang jaraknya gak lebih dari dua meter.
"are you ready?"tanyanya begitu aku mebuka pintu. dan kulihat dia. masih setegap dulu dalam balutan jaket kulit hitam yang masih teringat jelas kapan dia memilikinya, brandnya, bahkan berapa harganya. di belakangnya terlihat sebuah thunder hitam.
"kamu naik motor?"
"kamu masih suka naik motor kan? tau sekarang sudah naik level ke mobil?"tanyanya.
"menurutmu?" tanyaku. lelaki berkacamata minus itu hanya angkat bahu.
"ayolah babe, kunci pintu rumahmu!" tuntutnya.
"tapi.........................." kalimatku menggantung sementara dia dengan tak sabar menarik tanganku dan mengambil kunci rumahku dari balik pintu.

dan disinilah aku. di dalam pelukannya sekali lagi. mencium arome tubuhnya sekali lagi. meneliti wajahnya lagi, dan berbagi hasrat bersamanya.
"Ray, " panggilku pelan setelah dia terbaring dalam pelukanku "kenapa kamu kembali?pasti bukan karena sekedar merindukanku kan? " lelaki itu membuka mata dan menatapku.
"pentingkah itu?"
"mungkin" dan dia menghela nafas
"kalau aku bilang aku ingin sekali lagi berjalan di sampingmu?" aku mengangkat bahu
"bagaimana dengan Ve? istrimu, ibu dari anak anakmu?"
"Ve akan mengerti, suatu saat dia akan mengerti." senyumnya.
"lalu dimana tempatku?"
"kamu cinta dalam hidupku, La. kamu akan menjadi istriku, kali ini menjadi halal bagiku." aku terpana. lelaki ini masih tak berubah juga.
"kamu tahu Ray? kepergianmu menyakitiku, kehadiran Ve juga menyakitiku, apa lagi pernikahanmu, dan setelah semua itu kamu masih berharap aku mau berjalan di sampingmu?kamu bercanda ya?" tanyaku tak percaya dengan ide gilanya.
"aku gak bercanda. dulu kamu tidak siap, fine aku mengerti, tapi sekarang kamu sudah dewasa, harusnya kamu sudah bisa melangkah lebih jauh bersamaku." katanya, "sudah lah jangan bicarakan ini lagi. aku ingin melepas rindu, bukan diskusi gak penting seperti ini." dan dia memulai lagi sentuhan itu di tubuhku.

entah dingin, entah hujan yang mulai menimpa atap cottage yang membuatku terbangun di dalam pelukan Ray. dan entah setan atau malaikat mana yang tiba2 memutar kembali dialog bodohku dengan Ray malam sebelumnya. kulirik jam di lcd hpku dan mulai mengetik barisan barisan kalimat di atas layar. send.search.ok. kubenahi diriku, dan kusambar dompet dan hp yang thanx God sempat mampir di kantongku. kubuka pintu cottage pelan dan muali melangkah menembus hujan yang mulai turun. sebuah taxi yang kebetulan lewat kupaksa berhenti dan merelakan tubuhku menggigil di dalamnya. tiba2 kalimat yang barusa masuk ke nomor Ray saat aku sampai di rumah kecilku terlintas di kepalaku.
"tiga tahun bukan waktu yang singkat Ray, karena waktu merubahku. aku bukan lagi Lala yang dulu kau lambungkan dan kemudian kau jatuhkan begitu saja. aku sudah membereskan ruangan yang dulu kau tempati, dan pagi ini kuncinya sudah kuganti. sudah pula kurelakan rasa sakit yang mebuatku belajar banyak dan membuatku belajar mendoakan yang tebaik bagimu. terima kasih untuk mencintaiku, untuk mencoba melangkah lagi dalam track kita, tapi kalau kamu punya aku, Ve hanya punya kamu. apa yang halal buatmu, adalah haram bagiku, dan kamu tahu itu dengan sangat pasti.semoga kamu selalu bahagia."

"esok mungkin tak ada seseorang di sampingku, tapi aku tak akan berjalan sendiri." dan kupandangi salib yang menghiasi dinding kamarku dan tersenyum. "ya, aku tak akan sendiri."